Politik Islam dan Bineritas Telaah

Oleh Ronggolawe Ireng


Judul | Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia
Editor | Abdurrahman Wahid
Penerbit | The Wahid Institute
Tahun Terbit | 2009
Tebal halaman | 322
ISBN | 9789799873774

Pada kertas kerja saya dengan Wong Dzolim (2009), kami memunculkan konsep sebagai alat analisis dalam mengkaji perihal Islam dan Negara, yakni Islam Biner. Sesuatu dimaksud Islam Biner ialah citraan atau spectacle pada saat suatu kelompok Islam tertentu mendefinisikan identitasnya sebagai hal berbeda terhadap pihak di luar dirinya adlam kontestasi politik dan kultural. Sebagai misal, ketika kami mengkritisi hadits di hadapan peneliti dari ISTAC (Malaysia), mereka segera melabeli kami dengan Islam Liberal; pada kesempatan lain, ketika kami mengkritisi pemikiran Jaringan Islam Liberal, segera kami dilabelkan Islam Fundamentalis. Pada peristiwa semacam itu, tidak ada hal di luar label liberalis dan fundamentalis. Nyatanya, kami bukanlah muslim liberal maupun muslim fundamentalis. Tetapi, oleh karena tidak ada apa-apa di luar dua label itu, posisi [label:] kami akan terposisikan sedemikian rupa bergantung pada lawan bicara kami.
Persis, perihal Islam Biner ini, juga kami temukan pada saat membaca buku Ilusi Negara Islam. Perihal gerakan Islam transnasional dimaksud dalam buku ini ialah Islam Wahabi dan kelompok yang disebut Ikhwan al-Muslimun. Para penulis buku ini selain menelaah soal gerakan tersebutdan harus diakui, pada soal ini, buku ini memiliki nilai bagus, tidak sia-sia melakukan riset selama dua tahun—mereka sekaligus mengidentifikasikan identitas keislaman mereka. Transnasional adalah radikal, garis keras, pro-Kekhalifahan, dll. Sementara itu, para penulis/peneliti buku Ilusi Negara Islam adalah muslim moderat. Muslim yang menolak negara adalah radikal, sedangkan yang menerima negara adalah moderat. Itulah yang kami maksud dengan Islam Biner. Naga-naganya, mereka menafikan fakta bahwa Islam Syiah menolak negara sekular, tetapi tidak berarti mereka mendukung khalifah seperti muslim fundamentalis dalam pengertian penulis buku ini. Tetapi, karena tidak ada hal lain di luar dua label tersebut, maka Syiah bisa dimasukkan ke dalam Islam fundamentalis. Pada saat sama, banyak muslim yang mendukung demokrasi, tetapi mereka sangat tidak modern, untuk tidak mengatakan antimodernitas. Hal-hal seperti ini jelas tidak bisa dinafikan begitu saja.
Jelas, buku ini tidak jauh beda dengan buku Islam yang memiliki posisi pro-Khalifah dan mendiskreditkan, jika tidak mengkafirkan orang Islam, yang mendukung demokrasi. Perbedaan mereka hanya pada pilihan.
Hal lain yang ironis adalah kadang pihak muslim dengan gegabah menyamakan sistem pemerintahan sekarang dengan masa awal Islam. Maka, tidak heran Muhammad disebut sebagai kepala negara muslim pertama atau pemimpin dan pendiri negara Islam. Konsep negara jelas penemuan modern, ia baru. Ia tidak bisa disamakan dengan bentuk pemerintahan pada pada masa yang disebutterlepas setuju atau tidakAbad Pertengahan. Dari hal mendasar ini saja, negara, gagal dipahami secara menjeluk. Terlebih, mengingat buku ini memetakan gerakan-gerakan dan identitas-identitas Islam yang ada berbasis negara, ketidaktepatan memahami apa yang dimaksud dengan negara, membuat semua analisis buku ini menjadi cacat, secacat orang yang menulis buku biografi tebal soal Gus Dur yang melabelkan Gus Dur sebagai Anarkis!
Gerakan Islam Wahabi memang perlu diperhatikan saksama. Tetapi, membuat citra bahwa setiap orang yang berbeda dengan diri kita adalah Wahabi jelas tidak kalah berbahayanya. Buku ini masih tidak bisa keluar dari logika biner atau on-off logic tersebut.
Jika Anda tidak setuju dengan buku ini, maka Anda akan disebut sebagai Islam radikal oleh penyusun buku ini dan akan disebut Islam kaffah oleh Wahabi dan sejenisnya. Terlepas dari hal itu, buku ini tentu merupakan karya berharga lantaran data yang dikumpulkan selama dua tahun penelitian sangatlah berlimpah, meski pengolahan datanya terlalu emosional.

Catatan:
Buku ini, selain disebar secara cetak, juga elektronik. Untuk mengunduhnya, silakan klik di sini.

0 komentar:

Posting Komentar

Kami mengucapkan terima kasih atas komentar yang Anda berikan.