Selayang Pandang Epistemologi Islam

Oleh Ronggolawe Ireng

Judul | Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam
Penulis | Mulyadhi Kartanegara
Penerbit | Mizan Pustaka, Bandung
Tebal halaman | 224
ISBN | 9794333301

Epistemologi Islam? Bagi orang yang hanya menerima atau menegaskan bahwa tradisi filsafat itu hanya khas dunia Barat, boleh jadi mendengar kata epistemologi Islam akan terasa geli—sama halnya ketika mendengar filsafat Timur, seperti Tao, Hindu, Cina, dsb. Hal terlupakan dalam penelaahan historis tradisi filsafat ialah mengapa kehidupan filosofis Yunani tidak pernah dilacak asal-usulnya ketika hal itu bisa diterapkan pada tradisi filsafat lain—dengan asumsi ada tradisi filsafat selain filsafat Barat—seperti filsafat Islam?

Agaknya, hal seperti itulah yang membuat kalangan akademisi filsafat mengabaikan kekayaan tradisi filsafat selain Barat. Untunglah, beberapa dekade lalu, sudah banyak pakar filsafat yang mulai mengakui bahwa tradisi filsafat bukanlah monopoli Barat. Bahkan, bukti-bukti historis mutakhir menunjukkan bahwa tradisi filsafat Yunani merupakan perkembangan dari tradisi peradaban Mesir dan India. Oleh karenanya, jika filsafat Islam agak dekat dengan tradisi Islam, itu merupakan hal lumrah dalam perkembangan dan pembangunan peradaban.
Epistemologi Islam, semirip dengan tradisi epistemologis lain, merupakan ranah yang mendedah soal-soal bagaimana pengetahuan itu dicapai dan diisbatkan atau dikukuhkan. Misalnya, apa sumber pengetahuan itu? apakah sumber dimaksud lebih dari satu? Jika lebih dari satu, apakah mereka memiliki tingkat atau gradasi dalam pengukuhannya? Bagaimana seseorang bisa memastikan bahwa pengetahuan yang direngkuhnya itu benar? Apakah setiap sumber pengetahuan memeiliki ranah objek pengetahauannya sendiri? apakah subjek, sang penahu, terpisah dengan objek, yang diketahui, dalam konstitusi suatu pengetahuan? Kurang lebih, hal-hal tersebutlah yang dibahas dalam buku ini, selain dari sisi historis.
Buku ini merupakan bahan lektur Kartanegara ketika mengajar di CRCS–UGM, Jogjakarta, pada mata kuliah epistemologi. Buku ini sangat penting jika Anda menginginkan teks berkenaan epistemologi Islam yang ditulis tidak terlalu jelimet dan tidak tebal serta lumayan komprehensif dalam bahasa Indonesia.
Biarpun demikian, paparan Kartanegara, yang menjadi kelemahan buku ini, dalam mengkritik tradisi filsafat Barat, dalam hal ini epistemologi, tidak mengikuti capaian-capaian mutakhir yang sudah berkembang sebelum ketika bukunya itu ditulis. Misalnya, ketika Kartanegara mengkritik Laplace dan Darwin, kritik dia menjadi tidak “berbunyi” ketika Laplace sendiri dalam ranah sains dikritik. Oleh karena itu, ketika Kartanegara mengecam habis sains, dia lupa bahwa hal yang dikritik itu sudah dikritik pula oleh sains yang dia kritik. Dengan kata lain, sains juga mengalami perkembangan, sayangnya, Kartanegara lamat-lamat mengejar perkembangan sains. Betapapun, buku ini tetap merupakan salah satu buku terbaik mengenai epistemologi Islam yang pernah ditulis dalam bahasa Indonesia oleh orang Indonesia pula.
* * *
Mulyadhi Kartanegara jika dianalogikan, ia merupakan seorang teolog pada ranah berbeda. Seorang teolog bermain pada wilayah iman, ia bekerja untuk mempertahankan iman. Berbeda dengan teolog, Kartanegara jelas seorang filsuf, tetapi memiliki cara serupa dengan teolog. Ia merupakan pembela filsafat Islam gigih sekaligus naif dan konsisten. Batapapun, hal itu tidak mengurangi kontribusi Kartanegara dalam memajukan pengembangan filsafat di Indonesia.
Kami, yang pernah diajar olehnya selama dua tahun, mengakui bahwa teks ini sangat membantu bagi orang yang tidak memahami bahasa Arab. Paling tidak itulah kesan yang kami tangkap dari testimoni orang lain ketika kesulitan mengakses kitab filsafat berbasaha Arab.

0 komentar:

Posting Komentar

Kami mengucapkan terima kasih atas komentar yang Anda berikan.