Timur yang Ditimurkan

Oleh Ronggolawe Ireng

Judul | Orientalism | Penulis | Edward W. Said | Penerbit | Vintage | Tahun Terbit | 12 Oktober 1979 | Tebal Halaman | 432 | ISBN | 9780394740676

Jika Anda pernah mempertanyakan mengapa masyarakat di Asia selalu dianggap eksotis, atau suatu agama dianggap kuno, atau suatu kebudayaan tertentu dilihat sebagai suatu yang perlu diperadabkan, dengan kata lain sesuatu yang disebut Timur itu adalah “ini”-“itu”, meski masyarakat Timurnya sendiri mengatakan bahwa kami bukan “ini”-“itu”. Jika Anda merasa gambaran diri Anda, dalam hal ini sebagai masyarakat Timur, tidak sesuai dengan apa yang Anda rasakan, tidak salah jika Anda meluangkan waktu sejenak untuk membaca buku ini.

Menurut Said, sesuatu yang disebut Timur itu adalah rekonstruksi soial. Barat, dalam hal ini sebagai subjek pengonstruksi, melihat sesuatu di luar dirinya, dalam hal ini Timur, sebagai sesuatu yang lain dari dirinya (sang liyan/the other). Relasi subjek–objek pada konteks itu membrojolkan demarkasi bineristik seperti Barat itu maju, Timur itu terbelakang, Barat itu memiliki peradaban luhur, Timur itu peradabannya kurang berkembang, dan sebagainya. Ketika Barat sebagai sang subjek melihat Timur sebagai yang lain, itu tidak sekadar membangun citra mengenai Timur itu sendiri, tetapi Barat juga mengonstruksi citra akan dirinya sendiri. Oleh Said ditegaskan bahwa Timur adalah yang di-Timur-kan bukan Timur itu sendiri. pada saat yang sama, Barat juga merupakan sesuatu yang di-Barat-kan bukan Barat itu sendiri.

Orientalism merupakan karya klasik dalam kajian, yang kelak disebut sebagai, cultural studies dan postcolonial. Said mendedahkan bagaimana selama ini Timur dan Islam dilihat dan dibentuk. Orientalisme bukan sekadar upaya menimurkan Timuratau mengislamkan Islam, melainkan juga bagaimana upaya merepresentasikan dan menghadirkan Timur di tengah pikiran kita. Orientalisme juga bicara suatu upaya menguasai Timur atau menundukkan Timur sehingga Timur hadir tetap dalam koridor yang sudah diformulasikan.