Kisah Ilmuwan Sang Pencari Tuhan

Oleh Ronggolawe Ireng

Judul | Mencari Tuhan Sepanjang Zaman: Dari Agama Kesukuan hingga Agama Universal
Judul Asli | Religion in the Making
Penulis | Alfred North Whitehead
Penerjemah | A. Alois Nugroho
Penerbit | Mizan Pustaka, Bandung
Tahun Terbit | Juli, 2009
Tebal halaman | 204
ISBN | 9789794334898

Seseorang tidak atau belumlah religius jika dia tidak merasakan kehidupan soliter. Itulah hakikat dasar dari buku ini.
Konsepsi-konsepsi religius krusial yang senantiasa menyertai imajinasi umat manusia beradab adalah drama dari kesendirian: Promotheus terbelenggu di batu karang, Muhammad menyepi di gurun pasir, Sang Buddha merenung dalam tapa, Anak Manusia tergantung soliter di kayu silang. Dalam lubuk jiwa religius, ada perasaan ditinggalkan, bahkan oleh Tuhan sendiri
Whitehead dalam buku ini berhasil menyentuh dimensi psikologis dari keberagamaan dengan cara yang paling intim, melampaui William James. Hubungan Tuhan dengan manusia adalah hubungan intim, asyik-masyuk dalam terminologi sufistik. Tidak ada perantara di antara hubungan ke duanya, selain hanya kekosongan, agar yang satu dapat masuk pada yang satu lainnya. Kesendirian adalah suatu cara penerimaan akan rembesan Yang Ilahi dalam diri. Seperti kata Eckhart, manusia harus keluar agar Tuhan dapat masuk ke dalam dirinya.
Menariknya, Whitehead tidak hanya bicara soal Tradisi Yudeo-Kristiani, tetapi juga bicara agama-agama Timur. Hal itu semakin mengayakan penghayatannya. Sayangnya, Whitehead masih bersifat linear dalam melihat kesinambungan agama-agama. Baginya, agama pra-Barat adalah agama infantil, atau agama suku, sedangkan agama-Barat (Yahudi, Kristen, dan Islam) adalah agama matang yang siap disebarkan ke segenap semesta. Inilah residu dari pandangan dunia modern yang masih membekas pada diri Whitehead.
Jelas, agama bersifat suku dan pada saat sama ia juga rahmat bagi seluruh alam, tidak terkecuali agama-Barat. Dan sifat kesukuan agama tidak berarti ia infantil atau terbatas. Agama dari dimensi eksoterik pada dasarnya selalu bersifat parokial, lokal, suku, etnik, dan hal relatif lainnya. Hal itu berbeda dengan jantung agama, yaitu dimensi esoterik (prinsip metafisik) yang tetap langgeng. Kuno! Kuno berarti tidak baru, bukan ketinggalan zaman. Kebenaran adalah Kuno karena kebenaran tidak pernah ada pada masa sebelumnya dan sekarang menjadi ada, atau sebaliknya, ada pada masa sekarang dan tidak ada pada masa mendatang.
Terlepas dari pola linearitas tersebut, buku ini tidak menghilangkan daya pesonanya. Karena buku ini juga merekam bagaimana pergeseran orientasi dari diri seseorang terjadi. Whitehead pada awalnya tersohor sebagai matematikawan. Bersama muridnya, Bertrand Russell, dia menyusun buku raksasa nan masyhur berjudul Prinsip-Prinsip Matematika sebanyak 3 jilid. Buku itu merupakan magnum opus pada Abad 20. Setelah pensiun, dia mulai bicara soal sains dan agama. Setelah di atas 60-an usianya, dia fokus mengembangkan Filsafat Proses-nya yang kesohor itu. Jelas, pada masa tualah intensitas Whitehead  pada soal religiusitas dirinya bertambah. Barangkali bisa dipahami mengapa akhirnya Whitehead bisa sampai pada soal soliter itu; belumlah religus jika orang tidak pernah soliter.
Dari sisi terjemahan, buku ini sangat bagus. Diterjemahkan dengan apik oleh pakarnya, Profesor Alois Nugroho. Prof Nugroho merupakan salah sedikit orang yang menguasai Whitehead di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

Kami mengucapkan terima kasih atas komentar yang Anda berikan.